Minggu, 08 November 2015
5 Mei 2015. 5 September 2015. S.Psi.al <3
Lamaaaaa sekali rasanya sampai hari ini tiba, hari dimana status mahasiswa saya segera bergeser menjadi s.psi ;)
Hampir 4 semester saya berkutat dg catatan resmi bernama skripsi, nemuin subyek di ujung sana, nyari subyek pengganti karena subyek kedua raib dari tempat nongki biasanya, menghadapi kemalasan luar biasa, diburu dosen yang sampai hampir menyerah menghadapi mahasiswa super males, dsb dsb yang super duper panjang kalau ditulis.
Daaaan kalau dosen saya tidak diburu deadline utk masuk kuliah di luar negeri sana mungkin saya masih ngetik tugas negara itu dan membeli keyboard ke-4 saya :p (skripsi saya itu menggunakan 3 keyboard lhoo hahahaha XD)
Tetapi sungguh rencana Allah tak pernah bisa ditebak. Ketika wacana keberangkatan dosmbing semakin dekat saya segera bertemu dg beliau dan ditodong untuk segera sidang. Alhasil, 2 malam saja saya melengkapi bab 4 dan 5 yang sudah lama menganga. Setelah dicek, pencarian waktu sidang segera dimulai. Kroscek sana sini daaan susah sekali. Berhari-hari nongki seharian dikampus hanya utk menanyai dosen perihal ini. Dan keajaiban muncul, ketika saya mulai lelah dosmbing utama saya memberikan hari kosong beliau (kosong karena ada ujian dihari tsb yg batal) kpd saya yg sudah bolak-balik menemui beliau utk meminta waktu sidang. Luar biasaa!!! Allah Maha Baik bukan? Bahkan caraNya sungguh luar biasa, dosmbing sendiri yg mencari saya wkwkwk XD
Hari itu, 5 Mei 2015, saya hanya ditemani Arum dan Iin yang saya daulat menjadi seksi konsumsi. Dengan iringan doa dr Ibu, Mamas, dkk yg tidak bisa menemani alhamdulillah semuanya lancaaaarrrrr, alhamdulillah bahkan rasanya begitu mudah ;)
Tunai sudah kewajiban saya kepada Ibu dan Mamas yag sudah bersusah payah membiayai kuliah saya. Tunai sudah janji Ibu pada Alm. Bapak untuk nyanguni (memberi bekal) sekolah pada anaknya. Dan tunai juga tugas Mamas membantu menyelesaikan kuliah adik satu-satunya.
Tetapi akhir ini adalah awal untuk itu. Awal yang lain. Perjalanan lain. Entah perjalanan dengan siapa dan dimana tetapi yang pasti bekal ini adalah untuk pergi.
Terima kasih Solo untuk perjalanan yang luar biasa, sampai berjumpa lagi pada perjalanan berikutnya ;)
Minggu, 29 Maret 2015
Jika mengenai cinta, mengapa aku tak pernah
bisa? Mengertimu rasanya bagaikan ilmu yang tak bisa kuberi makna. Entah karena
aku tak berdaya atau dirimu yang begitu sempurna. Aku dan kamu mungkin bersua,
namun diantara kita ada jeda. Titik yang tak kumengerti mengapa kemudian ada
diantara kita. Aku dan kamu bersua pada sebuah kata yang bermakna jarak, dan
itu aku yakini membuat kita semakin tak bersama.
Kesempatan itu ada tetapi aku dan kamu tak
pernah bisa. Pertemuan demi pertemuan berlalu begitu saja tanpa rasa, tanpa
makna, hanya jeda. Hidupku dan hidupmu berada pada jarak yang berbeda. Sungguh
jauh kurasa.
Pergilah bersama desiran angin yang
menyejukkan, mengalirlah bersama air yang sentiasa menyegarkan.
Segalanya tak
selalu sama dengan yang kita harapkan bukan?
Berlayarlah sejauh mungkin, karena laut
membuatmu rindu pada daratan. Berjalanlah, karena pergi membuatmu rindu untuk
pulang. Bebaslah, karena sendiri membuatmu rindu untuk berbagi.
Minggu, 15 Maret 2015
trip to Ambarawa :)
Dengan iming-iming bisa makan duren sepuasnya saya dan Arum memutuskan untuk kerumah Iin di Ambarawa naik motor.
Dengan rekor naik motor jarak jauh yang baru sebatas Solo-Ngroto (Sragen) bisa
dibilang kami cukup nekat dalam mengambil keputusan ini. Tapi, hasrat dolan
yang besar dan keinginan bisa mengunjungi rumah seluruh teman-teman dekat
membuat kami menguatkan tekad. Sore itu, hari minggu setelah cukup istirahat
sepulang dari Karanganyar, saya, Arum dan Iin memulai perjalanan jarak jauh
lintas kota. Setelah membeli bekal dan mengisi bahan bakar, perjalanan tanpa
henti dimulai. Kami memilih jalur Boyolali-Salatiga-Ambarawa
sebagai jalan berangkat. Jalur ini saya pilih karena sebelumnya sudah pernah
melihat dan melewati jalur ini ketika pergi dengan Anak Bawang ke Salatiga,
jalur ini tidak terlalu ramai dengan kendaraan besar dan kondisi jalannya cukup
bagus. Saya menyusuri jalan raya Boyolali sendiri karena Iin membonceng Arum.
Sepanjang jalan ini saya lebih banyak berdzikir karena (serius) saya agak takut
dengan jalanan besar ini :3
Ketika sudah satu jam berkendara, saya merasa
tangan kanan saya sudah amat kesemutan sampai-sampai tidak bisa merasakan
putaran gas di tangan saya, akhirnya saya meminta Arum untuk menepi. Sudah
sampai di Ampel waktu itu, kami berhenti sejenak untuk minum dan ngluruske boyok. Udara semakin
dingin ketika kami memasuki melewati jalan lingkar Salatiga untuk
mencapai Ambarawa. Jalan lingkar ini masih baru dan mulus, cocok untuk para
pengendara yang suka ngebut di jalanan :p
Sudah hampir maghrib ketika kami menginjakkan
kaki untuk pertama kali dirumah Iin. Sungguh perjalanan yang panjang! Setelah
istirahat dan mandi, tujuan kami ke Ambarawa tercapai juga, sepiring penuh
duren dihidangkan untuk kami bertiga :D
Paginya, setelah memanen rambutan di samping
rumah Iin, kami menyusun rencana untuk dolan ke beberapa tempat di Kota
yang dikenal dengan Monumen Palagan Ambarawa-nya itu. Sekitar pukul 9 kami
memutuskan untuk dolan ke Lapas Ambarawa. Kami bukan wisata ke sel tahanan lho
yaaa, kami kesana menilik bangunan tua yang (dulunya) dipakai sebagai Lapas
dibelakang Lapas yang sesungguhnya. Tidak sampai 30 menit kami sudah sampai di
TKP dan waaaaooowww tempatnya sangat keren!!! Bangunan tua peninggalan sejarah
masih kuat berdiri walaupun tidak dipungkiri ada rusak disana-sini dan tak lagi
utuh seperti dulu. Saat ini, bangunan tesebut digunakan sebagai rumah tinggal
(rumah dinas pegawai Lapas, menurut Iin). Tidak banyak bicara kami segera
jeprat-jepret disana dan menyusuri sudut-sudut Lapas yang romantis itu.
Sayangnya tidak ada tour guide yang bisa menceritakan sejarah lapas di masa
lalu sehingga kami hanya melihat-lihat dan mengambil gambar. Menurut Iin lagi,
bangunan tua ini sering dijadikan tempat pengambilan foto pre-wedding.
Demi kepuasaan pribadi saya mencari info
mengenai Lapas Ambarawa melalui google dan mendapatkan beberapa data. Bangunan
lapas Ambarawa dibangun pada tahun1834 sebagai benteng modern yang dinamai
dengan Benteng Willem I (ada juga yang menyebutnya Benteng Pendem Ambarawa)
yang pengerjaannya rampung pada tahun 1845. Pada umumnya benteng dibangun
dengan prinsip defensif dan kuat namun benteng Willem I dibangun dengan desain
berbeda. Dengan banyak jendela, benteng ini kemungkinan hanya digunakan sebagai
barak militer dan penyimpanan logistik militer. Bangunan ini digunakan sebagai
lapas sejak tahun 1950 sampai sekarang.
Puas melihat-lihat dan berfoto-foto, kami
melanjutkan perjalanan. Tujuan berikutnya adalah Museum Kereta Api yang
letaknya tidak jauh dari Lapas Ambarawa tadi, tapi sampai disana ternyata
Museum KA masih ditutup karena sedang renovasi. Akhirnya kami
memutuskan untuk ke Monumen Palagan Ambarawa. Berhubung sudah hampir duhur
akhirnya kami rehat sejenak di warung batagor. Kata Iin, ini adalah tempat
nongkrongnya semasa SMA, hihihi nostalgia rek :p
Selepas sholat, kami segera menuju ke
destinasi selanjutnya yaitu Monumen Palagan Ambarawa. Tidak lengkap rasanya ke
Ambarawa kalau belum ke Palagan, karena monumen ini cukup terkenal. Ternyata
Palagan tidak jauh dari tempat kami nongkrong tadi. Biaya masuk ke monument Rp
4000,- sudah termasuk parkir (harganya menjadi Rp 5000,- jika datang di hari
libur). Monumen ini tidak begitu ramai, hanya ada kami bertiga. Masuk ke museum
Isdiman kami disuguhi seragam dan senjata yang pernah digunakan tentara
Indonesia sewaktu berperang dulu. Melihat seragam seperti itu saya langsung
ingat almarhum Bapak yang dulunya juga tentara. Disana juga dipamerkan
macam-macam selongsong peluru, dirumah ada juga selongsong peluru seperti itu
tetapi lebih kecil ukurannya dan sudah berganti fungsi sebagai asbak.
Setelah melihat-lihat di dalam museum Isdiman
kami keluar. Di luar monumen terdapat tugu tinggi dengan patung pejuang dan
inilah yang disebut dengan monumen Palagan Ambarawa. Di depan monumen
terbentang taman berumput hijau yang enak dipandang. Selain itu terdapat
pesawat tempur, tank, mobil, dan satu buah gerbong kereta yang dipinjam dari
Museum Kereta. Dibelakang monumen Palagan Ambarawa terdapat wahana bermain
untuk anak-anak yaitu halang rintang dan ayunan. Di beberapa sudut terdapat
juga bangku taman yang dapat digunakan untuk beristirahat setelah lelah
berkeliling monumen Palagan Ambarawa.
Lelah berjalan-jalan kami segera pulang untuk
berkemas dan bersiap pulang ke Solo. Setelah ashar kami sudah siap menyusuri
jalanan besar lagi menuju Solo. Jalur pulang kami tidak sama dengan jalur
berangkat, kami memutuskan untuk mengikuti jalur bis kota (jalur kota) dan
sampai di Solo ketika adzan maghrib berkumandang.
Sungguh perjalanan yang luar biasa!!! Akhirnya saya merasakan perjalanan lintas kota dengan mengendarai motor sendiri. Dan sekarang, bersiap untuk perjalanan berikutnya umik! XD
Langganan:
Postingan (Atom)